Matahari merupakan salah satu sumber energi kehidupan utama di muka bumi. Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar kegiatan manusia bergantung pada cahaya dan panas yang dipancarkan matahari. Bayangkan saja betapa gelap dan dinginnya bumi tanpa matahari. Mirisnya, semakin hari panas yang dirasakan semakin tinggi. Tak jarang kita mengeluh atas situasi ini terutama bagi para penduduk negara tropis karena posisi matahari berada dalam posisi vertikal dengan garis khatulistiwa, salah satunya Indonesia. Indonesia sebagai negara beriklim tropis basah (karena dikelilingi lautan) mendaptakan sinar matahari dalam waktu yang cukup panjang. Dari sisi lain, Indonesia memiliki kemampuan paling potensial untuk memanfaatkan energi matahari ini. Daripada mengeluh dan keringat terbuang sia-sia karena merasa 'kepanasan', alangkah baiknya kita memanfaatkan berkat Yang Maha Kuasa akan situasi menguntungkan ini.
Energi dan Ketahanan Energi
Energi berasal dari bahasa Yunani, Ergon berarti kerja. Menurut KBBI energi berarti daya atau kekuatan yang diperlukan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Tidak dapat dipungkiri lagi, di era globalisasi ini, energi memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan manusia. Penggunaan berbagai alat elektronik yang semakin banyak dan kendaraan bermotor yang semakin menjamur yang semuanya membutuhkan energi menyebabkan konsumsi energi semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data British Petroleum (BP) yang dilansir kontan.co.id, pertumbuhan konsumsi energi akan terus terjadi hingga 20 tahun ke depan.
Konsumsi energi yang tinggi sudah mendorong berbagai aksi penghematan energi seperti program 17-22, earth-hour, dan potong penggunaan listrik 10%. Namun, penghematan saja tidak cukup. Konsumsi energi yang tinggi ini harus diimbangi dengan ketersedian sumber energi yang mumpuni dan berkelanjutan, atau yang dikenal dengan istilah ketahanan energi. Menurut International Energy Agency (IEA), ketahanan energi berarti ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang terjangkau. Lebih lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara dikatakan memiliki ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi di Indonesia dinilai jelek dan mengkhawatirkan oleh World Energy Council pada tahun 2018, yaitu berada pada posisi ke 75 dari 125 negara. Indonesia sendiri berada di bawah negara ASEAN lain seperti Thailand dan Filipina.
Konsumsi energi yang tinggi sudah mendorong berbagai aksi penghematan energi seperti program 17-22, earth-hour, dan potong penggunaan listrik 10%. Namun, penghematan saja tidak cukup. Konsumsi energi yang tinggi ini harus diimbangi dengan ketersedian sumber energi yang mumpuni dan berkelanjutan, atau yang dikenal dengan istilah ketahanan energi. Menurut International Energy Agency (IEA), ketahanan energi berarti ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang terjangkau. Lebih lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara dikatakan memiliki ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi di Indonesia dinilai jelek dan mengkhawatirkan oleh World Energy Council pada tahun 2018, yaitu berada pada posisi ke 75 dari 125 negara. Indonesia sendiri berada di bawah negara ASEAN lain seperti Thailand dan Filipina.
Energi Terbarukan
Sebagian besar sumber energi saat ini masih bergantung pada sumber daya alam tidak dapat diperbaharui yang berasal dari fosil. Pembakaran bahan bakar dengan sumber ini juga berdampak pada lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang selanjutnya menjadi salah satu faktor global warming. Dengan berbagai pertimbangan ini, diperlukan adanya sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Penggalakan penggunaan energi terbarukan sudah dilaksanakan secara global yang menjadi salah satu dari 17 tujuan global oleh PBB yaitu Ensure access to affordable, reliable, sustainable, and modern energy for all atau memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern bagi semua. Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi terbarukan yang besar namun sayangnya belum banyak dimanfaatkan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) mengkategorikan “energi baru dan terbarukan” sebagai kelompok energi yang berbeda. Berdasarkan UU No. 30/2007, “energi baru” didefinisikan sebagai pembangkit energi dari sumber energi terbarukan dan tidak terbarukan, termasuk nuklir, hidrogen, gas metana batu bara, batu bara cair dan gasifikasi batu bara. Sebaliknya, “energi terbarukan” berasal dari sumber terbarukan, seperti panas bumi, angin, bio-energi, sinar matahari dan tenaga air, serta pergerakan dan perbedaan suhu laut.
Tenaga Surya
Matahari merupakan sumber energi berskala besar dan bersifat terus-menerus (berkelanjutan). Penggunaan tenaga surya juga tidak membutuhkan pembakaran sehingga tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Energi yang bersumber dari matahari ini dapat dijadikan alternatif sumber energi yang menjanjikan. Pemanfaatan energi matahari dilakukan dengan mengubah sinar matahari menjadi energi panas atau listrik melaului proses photovoltaic (PV). Ohoto berarti cahaya dan voltaic berarti tegangan. Istilah ini digunakan untuk mendefiniskan sel elektronik yang memproduksi energi listrik arus searah dari energi radiasi matahari. Sel fotovoltaik tersusun dari material semikonduktor terutama silikon dan dilapisi bahan tambahan khusus. Sel surya ini didesain untuk mengubah cahaya menjadi energi listrik sebanyak mungkin. Saat cahaya matahari mencapai sel maka elektron akan terlepas dari atom silikon dan mengalir membentuk sirkuit listrik sehinnga energi listrik dapat dibangkitkan.
Sang Surya sebegai sumber energi terbarukan |
Sebagai negara dengan intensitas cahaya matahari tinggi, pemerintah telah menempatkan tenaga surya tipe fotovoltaik ini sebagai salah satu dari empat sumber energi terbarukan untuk dikembangkan. Saat ini, sumber energi ini telah menghasilkan 4,8 kilowatt hour (KWh) per meter persegi setiap hari.cPemerintah telah mulai mendorong masyarakat untuk secara langsung memanfaatkan energi surya yang pemanfaatannya masih 0,05% dari potensi yang ada. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dan sejumlah institusi lain termasuk sektor swasta, telah berusaha meningkatkan kualitas dan keandalan instalasi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan menerbitkan Buku Panduan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang bisa diakses pada web http://ebtke.esdm.go.id/ untuk menyebarluaskan pengetahuan akan penggunaan tenaga surya ini. Pilihan yang paling mudah dipasang dan aplikatif dengan harga yang terjangkau adalah surya atap atau panel surya yang dipasang di atap rumah (rooftop). Terhitung Juli 2018, seperti yang dituturkan oleh Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Andhika Prastawa sudah terdapat setidaknya 400 rumah milik perseorangan di kawasan Jabodetabek yang telah memasang surya atap dengan kapasitas sekitar 2 KW, serta satu hotel dan satu mall yang telah memasang surya atap masing-masing berkapasitas 500 KW. Hal ini berarti pemanfaatan surya atap telah mencapai sekitar 2000 KW atau 2 MW. AESI dengan didukung Direktorat Jenderal EBTKE menetapkan target pemasangan 1 juta surya atap pada tahun 2025 atau setara 1000 MW.
Penggunaan surya atap masih terkendala ketersediaan dan kemudahan akses untuk mendapatkannya. Insun-power dapat menjadikan salah satu solusi yang dapat menjadi pilihan bagi kita untuk turut berpartisipasi aktif dalam penggunaan tenaga surya ini. Insun-power memfasilitasi pemasangan, pemeliharaan, dan perbaikan panel surya yang bermutu demi pemanfaatan energi terbarukan berkapasitas tinggi dan ramah lingkungan. Namun, perlu juga diketahui bahwa, untuk menjaga lingkungan tidak hanya cukup dengan penggunaan energi terbarukan, tapi juga membiasakan diri melakukan penghematan energi dan aktivitas lain yang lebih lingkungan untuk masa depan bumi yang lebih baik.
Referensi:
insun-power.co.id
geologinesia.com
kontan.co.id
liputan6.com
ebtke.esdm.go.id
ditjenppi.menlhk.go.id
Transisi Energi yang Setara di Indonesia: Tantangan dan Peluang (Maria Lauranti dan Eka Afrina Djamhari)
ptimasi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Matahari di Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya (M. Rif’an, Sholeh HP, Mahfudz Shidiq; Rudy Yuwono;Hadi Suyono dan Fitriana S.)
kontan.co.id
liputan6.com
ebtke.esdm.go.id
ditjenppi.menlhk.go.id
Transisi Energi yang Setara di Indonesia: Tantangan dan Peluang (Maria Lauranti dan Eka Afrina Djamhari)
ptimasi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Matahari di Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya (M. Rif’an, Sholeh HP, Mahfudz Shidiq; Rudy Yuwono;Hadi Suyono dan Fitriana S.)