Review Buku: Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya - Tanpa Tanda Tanya

by - 23.47

Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya berlatar duri kaktus bukan duri kehidupan

ca·ha·ya n 1 sinar atau terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, lampu) yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya; 2 kilau gemerlap (dari emas, berlian): -- nya berkilau bagai intan; 3 kejernihan yang terpancar dari air muka: -- mukanya berseri-seri; 4 Fis bentuk gelombang elektromagnetik dalam kurun frekuensi getar tertentu yang dapat ditangkap dengan mata manusia;

Sedikit cerita dulu ya sebagai pemanasan. Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya merupakan salah satu buku yang sudah kuincar sejak pertama dirilis karena mengikuti akun instagram the comma books. Kendalanya adalah pas rilis kebetulan harganya masih agak berat di kantong dan ada keperluan lain yang lebih mendesak. Diurungkanlah niat tersebut. Takdir pun mempertemukan kami kembali saat gebyar diskon gede-gedean dari Gramedia akhir bulan lalu. Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya dibeli sepaket dengan Tujuh Pelajaran Singkat Fisika. Sekilas kedua judul tersebut saling berhubungan, ya? Alasannya, karena cahaya adalah salah satu bahasan dalam ilmu fisika. Contohnya saja, cahaya dijadikan patokan jarak benda-benda luar angkasa. Mungkin pernah dengar jarak bumi dengan bintang sirius sekian tahun cahaya? Yah, kurang lebih seperti itu. Tapi, nah! nggak ada hubungannya sama sekali. Satunya buku fiksi dan satunya non fiksi. Dasar aja pengen menghubungkan yang nggak berhubungan XD

Tentang Penulis: Raka Ibrahim

Yak, ini pertama kalinya aku mengetahui nama ini. Jangan heran karena hampir keseluruhan buku yang aku punya memang karya penulis yang berbeda. Penulis merupakan seorang jurnalis musik dan penulis lepas yang saat ini berdiam di Jakarta. Hasil penelusuran di internet banyak yang mengatakan bahwa kalimat Raka --yang ternyata seumuran denganku ini-- memiliki gaya bahasa yang tajam dan kerap mengeksplorasi isu-isu sosial --dan bikin minder aja. Yak, apapun latar belakangnya, mari kita bahas mengenai karyanya.



Sinopsis

Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya tidak disertai tanda tanya karena bukan sebuah pertanyaan dengan jawaban "cara" meskipun diawali dengan kata tanya, bagaimana. Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya merupakan sebuah karya fiksi pertama karya sang penulis. Buku ini merupakan kumpulan cerita dengan 10 judul--Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya salah satunya--termasuk Prolog dan Epilog. Dengan cara penyampaian yang unik, buku ini memasang setting pada para pembaca bahwa kisah yang ada didongengkan oleh seorang kekasih pada kekasihnya di malam terakhir mereka bersama. Beberapa cerita mengusung tema fantasi, supra natural, mitologi, bahkan fiksi ilmiah, namun ada juga yang mengusung tema sehari-sehari biasa. Semua cerita mengandung unsur kehidupan yang kental, mengenai cinta dan cita, mengenai keluarga dan kesepian, mengenai memiliki dan kehilangan. Pada akhirnya, sepasang kekasih itu dipaksa menghadapi kenyataan kehidupannya, bagusnya dengan mengambil pelajaran dari kisah-kisah sebelumnya.

Kisah terpanjang berjudul Samudra Kabut yang memakan 49 halaman dan memakan pikiran dengan puas. Cerita ini paling berbekas. Samudra Kabut mengisahkan tentang seorang gadis yang hanya tinggal dengan ibunya di sebuah dusun yang dikelilingi kabut. Penduduk akan melaut ketika kabut menghilang dan air pasang.


Kehidupan anak-ibu ini serba kekurangan sejak sang bapak pergi untuk menebus dosa dan tak tahu kapan pulang, bukan Bang Toyib. Anak gadis ini masih percaya bahwa bapaknya akan pulang dan bersikeras pada ibunya untuk tidak menikah jikalau anggota keluarganya tidak lengkap. Sang ibu saban waktu membujuk anak gadisnya mengikuti Malam Larung, malam  turunnya kabut dan para gadis desa menuju pantai membawa sesajen berharap pada Dewata memberikannya jodoh. Pada usia keduapuluh empat, si anak mengalah. Ibunya telah mempersiapkan berbagai sesajen semewah yang ia mampu untuk anaknya agar mendapat jodoh yang baik untuk memperbaiki nasib keluarga. Walau sang anak sempat tersesat saat perjalanan menuju pantai, ia tetap memenuhi keinginan ibunya. Si gadis ini, anggap saja namanya seperti namamu (begitu kata penulis), memilih tempat yang sedikit menjauhi keremununan dan bertemulah dengan seorang lelaki yang pada akhirnya dibawa ke rumah.



Alih-alih menceritakan hubungan si gadis dan pelaut nyasar ini, kisah Samudra Kabut lebih didominasi oleh kisah masa lalu yang membentuk kepribadian dan setiap keputusan hidup kedua insan ini, mengenai legenda Dusun Kabut dan keluarga-"mu" menjadi korbannya dan dongeng Raja Sunyata dimana pelaut nyasar ini adalah salah satu prajurit yang tersisa bertugas menceritakan perjuangan Tuannya yang sudah tewas di medan perang. Akhirnya, penulis seperti meminta pembaca menafsirkannya sendiri, walau dalam pandanganku, berakhir pilu.

Mau pisah aja masih sempet ngegombal, Bang. Ambyar!


Sebagian besar kisah-kisah dalam Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya bernuansa kesedihan, kesepian, dan kemalangan yang berujung kehilangan. Sedikit warna diberikan dalam Dongeng Setelah Tidur. Candaan yang hadir di akhir cerita mampu memberikan jeda sejenak dari padatnya cerita lainnya.

Cerita favorit jatuh pada Gambar Bergerak karena ini satu-satunya kisah dengan akhir yang manis. Ada yang bilang Gambar Bergerak merupakan tafsiran penulis terhadap Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Gambar Bergerak mengisahkan tentang sebuah film dimana kedua sejoli tokoh utama mengikuti terapi medis untuk memulai kehidupan dari nol dengan menghapus semua kenangan namun etika dasar kehidupan masih ada. Setiap penemuan tentunya punya sedikit kekurangan, dalam hal terapi ini terdapat residu yaitu ingatan yang tersisa. Kedua sejoli bertemu di kereta saat hendak mendaftarkan nama baru mereka ke Balai Kota. Di sanalah mereka bertukar cerita. Memang di sini saja saya sebut sebagai sejoli karena sejatinya mereka tidak mengingat satu sama lain. Aura kesedihan masih terdapat dalam Gambar Bergerak melaui para pemeran film yang sudah antah berantah berjuang memerangi kerasnya realita kehidupan karena pada awal diangkat layar, film ini terabaikan.


Ulasan

Berbeda halnya dengan pandanganku yang merasakan bahwa Gambar Bergerak setitik dua memiliki vibe yang serupa dengan webtoon asal Jepang yang sudah mendapat adaptasi animasi dan film dengan judul ReLife. Bahkan ReLife pun menjadi basis ide ceritaku yang sampai sekarang belum dilanjutkan. Intinya, subjek sama-sama semacam diberi kesempatan kedua dalam hidupnya.

Kepiawaian penulis dalam menggali emosi manusia terlihat dalam kalimat-kalimat deskriptif yang anggun syarat makna. Hal tersebut terlihat dalam sosok bapak yang memiliki peran penting dalam 3 cerita. Bahwa pria-pria paruh baya, Bapakmu, Bapakku, dan Bapak-bapak di luar sana sejatinya memiliki peperangan dalam dirinya sendiri sembari bertahan hidup menafkahi keluarga dan menegakkan fondasi rumah tangga. Bersamai mereka hingga senja agar tidak terasa sepi, seperti kisah-kisah di sini. Bahaya, sih! Buku ini menunjukkan masa senja para lelaki itu benar-benar sendiri pada akhirnya /pukpuk. Lonjakan emosi lain yang ikut tersenti seperti masalah yang sering menghinggapi anak muda juga tidak tertinggal seperti kegelisahan dan rendahnya rasa percaya diri. 


Namun apapun masalahmu dan bagaimana pun kamu menghadapi hidupmu, penulis tidak lupa mengisyaratkan kita untuk menyertai Tuhan dalam setiap langkahnya karena semuanya adalah misteri Illahi.


Beberapa poin bermakna bias sehingga tidak dapat saya tangkap kemana arahnya. Mungkin di sini penulis memosisikan agar pembaca sendirilah yang memutuskan hendak seperti apa cerita yang diinginkan. Dan pada akhirnya otakku masih tidak kesampaian memikirkan akhir Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya yang tiba-tiba beralih ke cerita Adam dan Hawa. Apakah sepasang kekasih ini akan dipertemukan kembali di alam yang berbeda setelah terpisahkan seperti Adam dan Hawa? Yak, apapun itu, penulis senantiasa menyertakan romansa dalam ceritanya karena memang sejatinya, buku ini tentang mereka yang sedang berdongeng berdua sebelum berpisah.



Buku ini padat akan makna kehidupan jadi wajar saja dikategorikan untuk pembaca berusia di atas 15 tahun. Bagi orang-orang yang mainnya kurang jauh dan bacanya kurang banyak seperti diriku ini, buku ini dapat menjadi asupan nutrisi pengalaman, wawasan, sekaligus permainan kata. Adegan dirincikan dengan detil dan teliti namun memang beberapa diksinya sulit dipahami karena jarang ditemukan dalam literasi sehari-hari. Di bawah ini akan dilampirkan kamus mini yang bersumber dari KBBI untuk beberapa kata bertujuan membantu kamu yang hendak membaca atau kamu yang sekadar menambah pengetahuan. 

Kamus Mini

  • Kelasi
ke·la·si1 n 1 awak kapal dengan pangkat yang terendah; matros; 2 golongan pangkat paling rendah dalam angkatan laut, mencakupi kelasi kepala, kelasi satu, dan kelasi dua
  • Babad
ba·bad n 1 Sas kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura yang berisi peristiwa sejarah; cerita sejarah; 2 riwayat; sejarah; tambo; hikayat
  • Kelindan
ke·lin·dan3 n, ber·ke·lin·dan v ki erat menjadi satu

  • Nubuat
nubuat/nu·bu·at/ n 1 wahyu yang diturunkan kepada nabi (untuk disampaikan kepada manusia); 2 ramalan


  • Moksa

moksa/mok·sa/ a Hin 1 tingkatan hidup lepas dari ikatan keduniawian; kelepasan; 2 bebas dari penjelmaan kembali

You May Also Like

4 komentar

  1. Wah, kebayang betapa beratnya isi buku ini, tapi kutipan-kutipannya dan pesan tentang menyertakan Tuhan dalam setiap langkah itu indah banget <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal tema yg diusung lekat dengan kehidupan sehari-hari cuma pembawaan ceritanya dikemas dengan berbeda dari biasa dan dengan diksi yang indah

      Hapus
  2. Buku berisi kumpulan cerpen ya? Menarik juga bukunya. Gaya resensinya juga mantep ya mendetail sekali. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah terima kasih ya. Iya, kumpulan cerpen tapi ada beberapa ceritanya seperti berkaitan...

      Hapus