• Home
  • About
  • Contact
twitter facebook instagram

Magition

~~ The Magical of Human Imagination ~~

Cinta berarti terpesona, terpikat, ingin memiliki, dan senantiasa menjaganya. Sama dengan rupiah. Rupiah merupakan mata uang negara kita, Indonesia. Berbicara mengenai rupiah, berarti kita membahas uang, baik uang kertas maupun uang logam. Uang pada dasarnya hanyalah benda yang digunakan untuk mempermudah tukar menukar barang. Uang menjadi standar yang diterima semua orang dalam transaksi barter. Namun semakin ke sini, peran uang menjadi lebih beragam. Siapa yang tidak terpikat, terpesona, dan ingin memiliki uang? Namun, jangan lupa ada poin penting setelahnya yaitu menjaganya. Cinta akan rupiah bukan berarti mencintai uang berlebihan dalam konotasi "mata duitan". Sejak kecil, kami telah diajarkan untuk mencintai rupiah. Penanaman sejak dini ini membuat kami lebih menghargai rupiah. Bagaimana cara mencintai rupiah versi pengalamanku?


1. Rupiah yang berharga

Perlu ditanamkan sejak kecil bahwa diperlukan usaha untuk mendapatkan uang. Sesuatu yang berharga tidaklah mudah untuk didapatkan, dan sesuatu yang sulit didapatkan sudah sepatutnya dijaga. Dengan menyadari berharganya uang, maka anak-anak sudah diajarkan hidup berhemat.

2. Semakin rapi, semakin mahal

Uang dinilai berdasarkan nominal yang tertera. Namun, uang yang lebih rapi memiliki nilai lebih dibanding uang yang sudah berubah warna walau nominalnya sama. Kebanyakan orang tidak peduli akan hal ini. Kakakku terkadang tidak mau menerima uang yang sudah berubah warna dan lecek. Bukan karena sombong, tapi ia berkedok bahwa uang seperti itu sudah menjadi sumber bakteri. Ia tidak sepenuhnya salah. Uang yang kotor dan tidak rapi juga menyulitkan dalam memastikan keaslian uang. Simpan uang dengan rapi dalam dompet. Jika memang terpaksa untuk melipat, maka lipat pula dengan rapi. Sudah sulit didapatkan tapi kenapa diperlakukan semena-mena?


3. Uang kertas bukanlah kertas

Uang kertas memang terbuat dari kertas khusus. Walau terbuat dari kertas, uang kertas bukan media menulis. Negara kita tidak kekurangan kertas sehingga kita diharuskan menulis di "uang". Orang tuaku telah mengingatkan kami untuk menulis nominal total uang di kertas lain dibanding harus mencacatinya. Mirisnya, beberapa uang kertas yang telah dicoret ditemukan di bank-bank yang berperan sebagai salah satu lembaga keuangan. Kebiasaan lain yang sering terjadi pada uang kertas yang telah dikelompokkan yaitu distreples. Estetika uang akan berkurang karena adanya bekas bolongan yang tercipta. Padahal telah dicontohkan saat kita menukar uang di bank, uang diikat menjadi satu dengan kertas yang telah ada total nominalnya.


4. Satu juta tidaklah satu juta kalau kurang seratus rupiah

Sering mendengar istilah tersebut? Istilah tersebut diperuntukkan agar kita lebih menghargai uang logam. Apakah kalian pernah bertransaksi lalu uang kembalian receh tidak diberikan? Atau uang receh diganti dengan permen? Hal seperti ini justru lebih sering ditemukan jika bertransaksi di minimarket, supermarket, department store, dan sekawannya. Dalam kacamata kami, itu salah satu perilaku yang tidak mencerminkan kecintaan akan rupiah. Uang logam sering dianggap lebih rendah dibandingkan uang kertas karena nominalnya. Namun, tetap saja itu uang. Jika memang enggan bertransaksi menggunakan uang logam, tabung saja di celengan. Jika sudah penuh, bukankah nominalnya juga besar? Kendala penggunaan uang logam ini juga terjadi tidak hanya saat berbelanja tapi saat menabung. Pengalaman ini kami alami sendiri ketika kami ingin menabung uang receh yang telah kami kumpulkan dan kami kelompokkan (untuk memudahkan perhitungan) berujung dnegan penolakan dari pihak bank. Kami pun mengalihkan penggunaannya untuk berbelanja, dan syukurlah masih ada orang terutama pelaku pasar dan pelaku transportasi yang masih merasa butuh akan uang receh. Padahal saya pernah membaca bahwa hal ini sebenarnya telah diantisipasi oleh pemerintah dengan terbitnya UU Tentang Mata Uang Nomor 7 tahun 2011 Pasal 33 Ayat 1 yang memberikan sanksi bagi pihak yang menolak pembayaran dengan uang logam.

5. Jangan mendua

Tolong jangan baper dengan poin kelima ini. Kakakku pernah memberikan saran agar kami menabung dengan mata uang berbeda dengan alasan "Ketika rupia melemah, kita dapat menukarnya kembali ke rupiah dan akan menjadi lebih banyak". Orang tuaku dengan serta merta menolaknya. Jujur saja tidak satu pun dari kami berlatar belakang ekonom namun menurut mereka itu mengurangi jumlah rupiah yang beredar di negara dan saat mata uang negara melemah kita justru memperparahnya. Terlepas dari benar atau tidaknya hal tersebut, kami pun mematrikan hati untuk tetap menabung dalam rupiah.

6. Gunakanlah rupiah si lambang kedaulatan

Saat mendengar kata "Yen" maka Jepang yang akan terbesit di benak kita. Begitu juga dengan Riyal-nya Saudi Arabia, atau Rupee-nya India. Rupiah juga begitu. Dengan kata lain mata uang telah menjadi identitas suatu negara.  Turut berkontribusi menggunakan rupiah tentunya akan menguatkan nilai tukarnya dan mengangkat nama Indonesia.

7. Jangan dipermainkan

Bukan pengalamanku langsung, hanya baca dari cerita-cerita di sosial media. Ceritanya begini, seseorang melihat orang tua penjual asongan mendapat uang mainan yg selintas sangat mirip dengan uang asli. Sebenarnya tekstur kertasnya berbeda tetapi karena yang menerima uang sudah lanjut usia, ia pun tidak tahu telah tertipu. Miris ya. Terlepas dari benar terjadi atau tidaknya, tidak sepantasnya kita mempermainkan rupiah yang mengingat jerih payah mempertahankannya. Coba pikir, mana ada cinta yang mau dipermainkan?

Seperti semboyan yang digalakkan Bank Indonesia, "Cintai Rupiah, Bela Negara Tanpa Senjata." Yuk cintai rupiahmu!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

Stray -blogger. Anime-manga-dorama lover. Amateur wpap-er. Subber. Light up your world with colours and words.

Follow me!

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • animasi
  • ASUS
  • Biografi
  • BNI
  • Book/Movie Review
  • Brown to green
  • Climate action
  • Daily chit chat
  • IDN App
  • investasi
  • karyakuu
  • Lomba blog
  • musikk
  • Newsflash
  • pembiayaan
  • pengelolaan risiko
  • Pensiun
  • pertumbuhan ekonomi
  • Pesona Indonesia
  • Simponi
  • tips and trick
  • Wonderful Indonesia

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • Desember 2023 (1)
  • Desember 2021 (1)
  • Mei 2021 (1)
  • September 2020 (1)
  • Mei 2020 (2)
  • April 2020 (1)
  • Maret 2020 (1)
  • Desember 2019 (1)
  • November 2019 (1)
  • September 2019 (2)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (2)
  • Mei 2019 (1)
  • April 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Desember 2018 (2)
  • Juni 2018 (1)
  • Desember 2017 (1)
  • September 2017 (1)
  • Juli 2017 (1)
  • Juni 2017 (1)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (4)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (1)
  • Januari 2017 (1)
  • September 2016 (2)
  • Juli 2016 (1)
  • Mei 2016 (1)
  • Maret 2016 (1)
  • Februari 2016 (1)
  • Juni 2014 (3)
  • Mei 2014 (1)
  • April 2014 (1)
  • Januari 2014 (1)
  • November 2013 (1)
  • September 2013 (1)
  • Agustus 2013 (1)
  • Mei 2013 (2)
  • Januari 2013 (1)
  • November 2012 (2)
  • Oktober 2012 (1)
  • Juni 2012 (1)
  • Januari 2012 (2)
  • Juli 2011 (1)
  • Juni 2011 (1)
  • Mei 2011 (1)
  • Maret 2011 (3)
  • Februari 2011 (1)
  • Januari 2011 (3)
  • Desember 2010 (2)
  • November 2010 (1)

Followers

Komunitas

Komunitas
Literasikk

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates