Karena Palembang Bukan Hanya Pempek Berlinang Cuka

by - 22.24

Indonesia, yang dalam konteks kebudayaan dikenal dengan nama NKRI memang memiliki begitu banyak suku bangsa dan budaya. Pindah saja dari suatu daerah ke daerah lain, maka kita akan mengenal budaya baru. Di blog ini, kita akan membahas sedikit dari budaya dari kota tempat pemilik blog ini bermukim.

Kota Palembang. Apa yang terlintas dalam benak kalian ketika mendengar kata Palembang? Pempek? Kandang Singa Mania? Kabut? Wah, banyak juga ya! Palembang, tempatku dilahirkan dan dibesarkan, terkenal dengan berbagai julukan mulai dari kota tertua di Indonesia, Kota Pempek, Bumi Sriwijaya, hingga yang terbaru, Kota Berkabut, yang terakhir jangan terlalu dianggap serius. Julukan-julukan yang menyandingi nama Palembang sejatinya berasal dari budaya dari kota yang menjadi tuan rumah Asian Games 2018 ini sendiri. Sejarah tua Palembang mulai dari zaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya, serta masuknya para pendatang dari wilayah lain seperti China, hingga beralih ke pemerintahan Kesultanan, telah menjadikan Palembang sebagai kota multi-budaya. Penduduk kota ini juga mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Lantas hasil-hasil kebudayaan apa saja yang terkenal di Palembang?

- Pempek
Makanan khas Palembang yang begitu lekat dengan nama Palembang. Makanan dengan bahan dasar ikan ini biasa dimakan bersama dengan cuka, kuah berwarna coklat, dengan rasa pedas. Untuk menambah cita rasanya, terdapat berbagai variasi pempek seperti pempek telur, pempek panggang, pempek kulit, pempek tahu, pempek lenjer, pastel, pempek lenggang, dan pempek adaan. Selain pempek, adonan dengan bahan dasar serupa dapat dijadikan makanan lainnya seperti tekwan, model, celimpungan  yang hanya berbrda pada kuah dan cara penyajiannya.

Namun, pempek bukan sekedar makanan lezat yang semakin nikmat bila dimakan bersama cuka. Terdapat nilai budaya dan sejarah di dalamnya. Asumsi yang paling diterima untuk sejarah pempek adalah pempek hadir sebagai upaya masyarakat Palembang dalam memanfaatkan ikan yang terdapat di sungai Musi beserta anak sungainya dan pohon sagu yang ditanam di sepanjang sungai Musi. Asal mula nama makanan yang dulu bernama kelesan ini dari seorang Tionghoa dengan panggilan "apek, pek, pek" menjajakan jualannya (pempek). Hingga berkembanglah panggilan apek pek pek menjadi pempek.

Makanan khas Palembang lainnya seperti mie celor, laksan, lakso dan masih banyak lagi. Makanan khas palembang ini biasa dimakan sebagai sarapan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan makanan-makanan ini sebagai cemilan atau pun makanan inti pada siang malam. Walau begitu banyak makanan dari budaya barat yang masuk ke Palembang, orang-orang Palembang tetap bertahan dengan makanan khasnya ini. Tiada hari berlalu tanpa makan pempek dan menghirup cuka.

- Masjid Agung
Di sinilah kalian bisa menemukan satu tempat dengan paduan tiga budaya yang berbeda, Eropa, Tiongkok dan Indonesia. Berjalanlah tidak jauh dari ikon terkenal kota palembang yaitu Jembatan Ampera, dan temukan megahnya salah satu masjid nasional ini.

Terlihat pada pintu utama masjid yang mencerminkan pengaruh kebudayaan Eropa. Bentuk atap masjid menyerupai kelenteng mencerminkan pengaruh Tiongkok.
Ujung atap menyerupai tumoeng mencerminkan kebudayaan Indonesia.

-Tari Tanggai
Tari tanggai merupakan salah satu hasil kebudayaan dari kerajaan yang bermukim di Bumi Palembang. Sejarah yang masih dilestarikan dari zaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Pada awalnya, tarian yang juga dikenal dengan nama Tari Gending Sriwijaya ini merupakan salah satu ritual adat sedekah bumi dengan melepas sesaji hasil bumi dan bunga sebagai persembahan kepada Dewa Siwa. Dengan kata lain, Tari Tanggai merupakan tari sakral pada acara adat budaya 'wong kito galo'.

Seiring perkembangan zaman, terjadi perubahan dalam nilai sakral yang terkandung di dalamnya terkait kepercayaan masyarakat Palembang. Tari Tanggai pun menjadi hiburan yang diperuntukkan sebagai sambutan selamat datang. Kita akan sering menemukan tarian ini dalam acara-acara pernikahan dan acara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tuan rumah memberikan sambutan selamat datang bagi para tamunya yang telah hadir.

Seperti halnya tarian tradisional lainnya, para penari mengenakan pakaian adat khas daerah. Penari tanggai pun mengenakan songket yang merupakan kostum adat dan mencerminkan kekayaan budaya Palembang. Motif kostum adat ini juga diabadikan pada seragam (jersey) pemain Sriwijaya FC loh!

- Bidar

 sumber gambar: eflynananda.blogspot.co.id

Bidar menjadi salah satu alasan berwisata budaya ke Palembang pada hari Kemerdekaan Indonesia. Sebuah kompetisi perahu di sepanjang Sungai Musi. Pada zaman dahulu, Palembang dikelilingi 108 anak sungai dengan Sungai Musi sebagai sungai utamanya. Dalam rangka memantau keamanan semua anak sungai, Kesultanan Palembang membentuk patroli sungai. Perahu panjang yang mereka gunakan bernama Pancalang. Pancalang berarti perahu layar tercepat. Berdasarkan para ahli sejarah, ini menjadi asal mula perahu bidar. Untuk mengingat eksistensi perahu ini, digelar Lomba Perahu Bidar mulai masa Kesultanan Darussalam hingga sekarang. Penasaran dengan kompetisisi yang unik ini?

Itulah beberapa kebudayaan Palembang yang masih bertahan hingga sekarang walaupun masih begitu banyak tradsi kebudayaan khas Palembang yang belum dibahas. Pada dasarnya, kebudayaan Palembang merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan Sriwijaya (Budha), Tiongkok (dari pedagang China zaman dahulu yang menetap), Arab, Melayu, dan Jawa. Bagaimana? Sudah mengenali kebudayaan Palembang selain pempek? Karena Palembang bukan hanya pempek berlinang cuka. Kalau ingin mengenali kebudaayan Palembang lebih dekat, mari nikmati bersama dengan Festival Gerhana Matahari Total yang tentunya juga dimeriahkan dengan mementaskan salah satu budaya khas Palembang.  :))







You May Also Like

1 komentar