Jorney to Europe

by - 23.57


Gradasi jingga di langit sore itu menjadi pemandangan yang terasa begitu nikmat bagi Ran di liburan musim panasnya. Bagaimana tidak, ia tidak memiliki kegiatan spesial di liburan kali ini. ‘Apa ya yang akan dilakukan Shinichi saat liburan seperti ini? Ahh, mungkin dia akan liburan ke Hawai atau bagian bumi lain atau mungkin dia menghabiskan hariharinya dengan membaca novel Holmes. Dasar si gila misteri itu’ gumam Ran dalam hati. Terbesit di pikirannya mengapa ia tidak ke rumah Shinichi untuk mampir dan bersih besih? Ran memutuskan ke rumah Shinichi besok pagi.

Ran membersihkan buku-buku berdebu di ruang baca rumah Shinichi. Perhatian Ran teralihkan oleh sebuah novel yang letaknya lumayan tinggi. Berusaha Ia menggapainya. Tiba-tiba seorang bertopi, berbaju layaknya Sherlock Holmes di cerita-cerita, namun parasnya tidak begitu jelas, dating degan tergesa-gesa. Wajahnya pucat karena letih. Sepertinya ia bukan orang Jepang. Ia berteriak dengan paniknya dalam bahasa Inggris.

“Mr. Kudo! Mr.Kudo!”
Segera Ran menghampiri tamunya itu. “Shinichi tidak ada di rumah!”
Kembali orang asing tadi berteriak “Empat! Mereka! Hi-hilang!”. Lelaki itu jatuh karena pingsan. Ran mendekati pria itu berusaha untuk menolongnya. Glek. Tib-tiba ruangan menjadi gelap gulita. Muncul secercah cahaya Semakin lama semakin jelas. Ran mendekai sumber cahaya  dan memerhatikan sekitar. Ia tidak mengenal tempat ini. Dimana ia sekarang? “Ini bukan rumah Shinichi.’gumam Ran

Lelaki paruh baya itu bangun. Sepertinya ia sedikit mengerti akan hal yang telah terjadi. Ia tersenyum licik.

“Nona, waktumu hanya sampai cahaya itu padam.” Ia mulai berbicara.
“Apa maksudmu? Aku masih punya banyak waktu libur untuk membereskan rumah Shinichi!” Ran tak mengerti.
“Lekas temukan. Carilah mereka di antara yang pulang hanya dari daerahku.” Lelaki itu tidak menggubris pertanyaan Ran.
“Tampaknya kau mengerti dengan keadaan ini. Bisa kah kau jelaskan?” Ran mencoba mendesak secara halus.
“Satu profesi. Mulailah dari seseorang yang ingin Kau temukan saat ini. Sisanya sesuaikan sendiri. Ingat-ingatlah ini saat dibutuhkan ‘Suara Itu Pasti Indah’. Lalu, lelaki itu mendekati cahaya, parasnya mulai tampak. Ran berusaha mengenailnya tapi tak bisa.
“Tunggu!” seru Ran.
“Jangan lupa barang bukti.” Orang itu mengakhiri pembicaraan. Dia menghilang bak ditelan cahaya meninggalkan Ran yang kebingungan.

“Shinichi, dimana Kau? Hal aneh terjadi di sini. Ini kasus yang tidak aku mengerti.” Ran mulai menangis.

“Mungkin jika kau di sini, ini hanyalah masalah gampang.” Ran meneteskan air mata. Drrrt. Drrrt. Hp Ran bergetar. Berharap seseorang mencarinya sehingga ia bisa meminta bantuan, tapi ternyata hanyalah alarm makan siang. Ran menyadari bahwa ia tidak mendapat sinyal di tempat ini. Ran memencet tombol keluar dari aplikasi itu. Muncul wallpaper foto Shinichi. Ran mengerti, Ia harus menyelesaikan kasusnya sendiri, tidak boleh membebani orang lain, sama seperti Shinichi.
“Baiklah, ayo kita mulai!” Ran menghapus air matanya. Mengetik kata-kata drai lelaki tadi. Ia tersenyum tipis, “Tak kusangka, liburanku diisi dengan hal ganjil seperti ini”. Lekas ia pikirkan maksud kata-kata orang itu. Empat orang telah hilang. Mungkin mereka orang penting sampai-sampai ada orang yang repot-repot mau mencari mereka. Siapakah empat ornag itu dan dimana harus ditemukan? Kembali Ran berusaha meresapi kata demi kata. Cahaya mulai meredup. “Waktuku tidak banyal.” Ran mulai berkonsentrasi tinggi.

Kembali ia buka hpnya untuk mencari inspirasi. Muncul wallpaper foto Shinichi dengan kaos bolanya. Ran tersentak. Sepak bola. “Mengapa aku bisa lupa kalo momen langka yang ada  di tahun ini adalah Piala Dunia?”

Carilah mereka di antara yang pulang hanya dari daerahku.
Ran berusaha mengingat tim yang sudah tersingkir dari acara olahraga sejagad itu. Hanya dari daerah lelaki itu berarti mungkin yang ia maksud hanya dari kawasan Eropa. Ran mengumpulkan nama negara  yang didapatnya dan mulai menyusun rencana kemana ia harus pergi pertama kali.

Suara Itu Pasti Indah.
“Itu dia. Itu urutan negaranya!Lalu siapa yang harus kutemukan?” Ran mengingat lagi. “Seseorang yang ingin aku temui. Shinichi…. Mungkin orang yang cukup dekat dengan Shinichi.” Ran terdiam. Tak pernah ia sangka di waktu liburannya, Ran harus menemukan orang yang belum tentu dikenalnya, dengan informasi alakadarnya. “Begini rasanya main detektif? Tapi apakah ini pantas disebut permainan?” Tunggu. Detektif.

Ran tau kemana harus pergi dan siapa yang akan ia temukan. Ran berusaha menggapai cahaya dan dalam sekejap tiba di lokasi pertama. 


Riuh rendah suara pawai kenaikan tahta seorang putra mahkota.
“Seharusnya bukan hal yang sulit menemukannya di tengah orang Eropa ini.” Ran berusaha menyemangati diri sendiri. Ran berlari kea rah kerumunann dan menemukan orangn yang dikenalnya. “Dapat!” seru Ran.
“Dapat apa?” ujar pria itu keheranan.
“Aku haris menemukan 3 orang lagi dengan profesi sama sepertimu. Tapi akutidak tahu siapa lagi.” Ujar Ran meratapi nasib(?)
“Aku pernah menemukan tiga orang lainnya dnegan profesi sama sepertiku. Ya di pulau itu. Sekolah detektif.” Pria itu membantu Ran. Ia membisikkan nama-nama tersangka(?) dan menjelaskan ciri khasnya. “Tapi, seseorang dari uatar telah tewas.” Suaranya merendah. Belum selesai kekagetan Ran, ia sudah lembali ke tempat semula.
“Terima kasih. Aku tertolong. Aku tahu kemana aku harus pergi selanjutnya. Ran kembali mendekati cahaya yang kian meredup.

Sampailah ke salah satu kota mode dunia.
“Mode… Perempuan…Detektif perempuan!” Ran dengan semangat menjelajahi kota itu. Pemnadangan yang menakjubkan ia nikmati. Seharian penuh sudah ia habiskan.
“Sebenarnya berada di dunia mana aku ini? Semuanya sungguh nyata. Orang-orang bahkan sadar akan kehadiranku” ketika Ran sibuk dengan pikirannya, seseorang berwajah jepan keluar dari butik di depannya. Ran mengerjar wanita itu.
“Dapat!” seru Ran dengan semangat. Mereka terdiam. Ran  akhirnya angkat bicara “Kau…detektif kan?”
“Detektif yaa? Hahaha dulu aku pernahbermain sekolah detektif, tapi huahaha jangan bercanda. Aku ini bukan detektif. Aku bukan detektif sungguhan.” Ran terdiam.
“ Seharusnya kau berhati-hati denganku. Aku ini pembunuh” ujar perempuan itu dengan suara yang direndahkan.
“Ini cindera mata untukmu karena kau mengingatku sebagai detektif. Sepertinya kau lebih muda dariku. Sudahkah kau puas mengelilingi kota ini? Entah kapan lagi kau bisa ke sini” perempuan itu berkedip dan berlalu.
Yap, perempuan itu benar. Ran sampai letih mengelilingi kota ini karena penasaran. Tanpa disadari Ran kembali ke tempat ia memulai segalanya.
“Oh ke sini lagi yaa. Aku berharap sudah berada di rumah sekarang.”keluh Ran. Cahaya kian meredup. “Bertahanlah! Setengah jalan lagi!” ucap Ran.

Ran kini berada di bangku penonton penampilan opera. Sungguh megah dan terhormat. Tapi, ia terusik dengan orang  si sebelahnya sedang berbisik sesame mereka.  Ran berusaha mencuri dengar. Seseorang dri bangku VVIP berdiri, berjalan menuju pintu keluar. Ran langsung bertindak.
“Mengapa kau beraninya keluar dari pertunjukan terhormat ini?”
“Oh sungguh memalukan. Tidakkah mereka sadar peran pembantu yang ia mainkan tidak layak untuk panggung semacam itu.”
‘benar. Ia orang yang perfeksionis.’ gumam Ran.
“Lantas apa urusanmu denganku? Kau menunggu pacarmu yang tak kunjung datang?” Tanya orang itu menyadarkan lamunan Ran. “Apa karena kehabisan tiket? Ini ambil tiketku untuk pacarmu itu. Golden Ticket hanya untuk 10 pembeli pertama. Terjual habis dalam waktu 30 detik secara online. Aku pembeli ketiga. Lelaki itu pergi.

Ran kembali ke tempat cahaya yang sudah redup.

“Tidak! Jangan mati! Seorang lagi!” Ran panik. “Jika seseorang itu tekah tiada, lantas siapa lagi yang berprofesi sama? Shinichi tolong akuuuu!!” Cahaya kian redup. “Shinichi….” Ran tidak dapat berpikir jernih. Ia pun dimakan cahaya. Terlempar tak tentu arah. Terbayang olehnya wajah Shinichi.” Jangan-jangan yang terakhir adalah….”


Ran terbangun.Ternyata ia tertidur di atas novel yang dibacanya.
“Ternyata hanya mimpi. Syukurlah!” Ran mengelus dada. Segera ia tutup novel tadi. Tersadar ada sesuatu tersandar di kursinya. “Ini, tas dengan cindera mata dari wanita itu?” Ran mencoba merogoh saku celananya “Golden Ticket opera?” Buru-buru Ran meletakkan novel dan bergegas pulang.\
“Hai darimana saja kau tiga hari ini Ran?” Ayahnya bertanya-tanya.
‘Tiga hari? Aku berpergian selama tiga hari?’ Ran berusaha memasukkan kejadian dengan logikanya.
“Hei Ran, bungkusan apa itu? Kemana saja kau?” Kembali ayahnya bertanya menyadarkan Ran dari lamunannya.
“Aku dari liburan ke Eropa.” Ucap Ran tersenyum pada diri sendiri dan memasuki kamar.







You May Also Like

3 komentar

  1. Suatu saat nanti saya akan menyusul gan. I will journey to the eourope dude haha

    BalasHapus
  2. Ini cerita konan episode ke berapa gan?
    kalo ada link downloadnya sertain donk yah, makasi :)

    BalasHapus
  3. Bukan cerita asli conan gan, ini cuma semacam fanfiction :D

    BalasHapus