Out of my curiousity, ceilah bahasanya. Berawal dari penasaran asal usul nama corona virus atau kalau di bahasa Indonesia menjadi virus korona. Kenapa sih namanya korona? Korona kan artinya mahkota. Apakah virus ini memiliki bentuk yang unik seperti mahkota? Yah, karena dalam bayangan gue bentuk virus kalo nggak segienam dengan banyak kaki yaa berbentuk bulat dengan banyak bentol.
Atas rasa penasaran filosofi nama virus korona ini gue memutuskan membuat postingan sederhana. Di sini gue mau ngerangkum dari berbagai sumber mengenai corona virus dengan bahasa yang sesederhana dan sesantuy mungkin biar yang baca bisa memahami sekilas tentang virus yang lagi menyerang umat manusia ini tanpa ada kesalah pahaman. Sumbernya ntar gue cantumin di bawah buat kalian yang mau lihat langsung dari sumbernya. Mari kita mulai saja the tale behind the name of corona virus. Cus!
Virus Korona dan SARS-CoV-2
Kenalan dulu dong sama virus korona. Dunia digemparkan dengan merebaknya virus korona yang invasinya berawal di Wuhan, Cina. Virus korona yang ditemukan tahun 2019 ini diberi nama sementara novel coronavirus sebelum ditetapkan nama resminya oleh WHO yaitu SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Penyakit akibat virus ini secara resmi dinamakan CoViD-19 (Corona Virus Disease 2019). Nama resmi SARS-CoV-2 ini diumumkan pada 11 Februari 2020 oleh pihak berwenang, International Committee on Taxonomy Viruses (ICTV), lembaga internasional yang kerjaannya ngurusin dan mengelompokkan virus-virus. Virus ini secara genetik mirip dengan virus korona yang menyebabkan penyakit SARS yang merebak pada tahun 2003 lalu. Walau mirip mereka tetaplah berbeda.
SARS-CoV-2 bukan satu-satunya virus korona yang ada di muka bumi ini. Wah, jadi harus bahas taksonomi, kan? Makhluk hidup yang ada di muka bumi ini digolongkan menjadi 5 Kingdom: monera (bakteri) , protista (alga), fungi (jamur), plantae (tumbuhan), dan animalia (hewan). Dimanakah kingdom virus berada? Nah, ini dia. Virus tidak termasuk dalam pembagian kingdom makhluk hidup karena dirinya bukan makhluk hidup seutuhnya. Bisa dikatakan setengah makhluk hidup setengah benda mati. Kenapa? Karena virus tidak dapat bereproduksi tanpa ada sel inang atau sel tempat dia hidup dan bereplikasi. Karena tidak memenuhi syarat sebagai makhluk hidup, maka virus punya tempatnya sendiri yaitu Realm: Riboviria. Sama seperti Kingdom lain, Realm: Riboviria ini juga memiliki pengelompokan hingga spesies bahkan individu. Coronavirus atau coronaviridae merupakan salah satu famili dalam dunia per-virus-an.
Korona dalam bahasa latin berarti mahkota. Dinamakan korona karena ujung glikoprotein yang muncul dari permukaan tubuh virus (dalam istilah kerennya spike protein) berbentuk seperti mahkota. Spike protein inilah yang bertugas agar virus dapat menginfeksi sel tubuh. Protein ini akan berikatan dengan reseptor pada permukaan sel manusia kemudian dapat berfusi dengan membran sel dan melepaskan materi genetiknya ke dalam sel. Spike protein ini tidak hanya senjata bagi virus tetapi juga titik lemah mereka karena posisinya yang terbuka menjadikannya titik serangan yang disukai sistem kekebalan tubuh. Antibodi dapat mengenali virus karena spike proteinnya ini, mengikatnya, dan dengan demikian menandainya sebagai target sel-sel kekebalan tubuh. Namun, virus ini punya trik lain. Mereka tidak hanya diam menerima nasib begitu saja. Terdapat lapisan yang tersusun dari karbohidrat yang menyelimuti spike protein tadi sehingga menyembunyikannya dari incaran sel imun. Nah, jadi udah pada tau kan kalo mahkota-nya virus korona ini adalah striker handal dari si virus?
Permukaan virus CoV-2. Spike protein dengan lapisan translusen menunjukkan kemiripan dengan bentuk mahkota (Sumber: mpg.de) |
Berikut ilustrasi yang dibuat oleh ICTV dalam mengkategorikan SARS-CoV-2.
Taksonomi SARS-CoV-2 (Sumber: The species Severe acute respiratory syndromerelated coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2) |
Jadi sebenarya kurang tepat untuk menyebut virus yang menjadi penyebab COVID-19 ini dengan virus korona saja karena virus korona sendiri ada banyaaakk. Sebelum peneyakit COVID-19 ada juga penyakit pernapasan lain yang juga disebabkan oleh virus korona seperti SARS-CoV penyebab penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS-CoV penyebab penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Setelah clear membahas nama, mari kita beralih membahas pandemi.
Pandemi COVID-19
Per 11 Maret 2020, COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Pengertian pandemi berdasarkan KBBI adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Dalam pidato Jenderal Direktur WHO yang dipubikasikan dengan judul WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020 menjelaskan mengenai keadaan kasus yang ada di dunia dan alasan menetapkan status pandemi ini. Berikut cuplikannya.
Selama 2 minggu terakhir (terhitung dari 11 Maret 2020) jumlah kasus COVID-19 di luar cina meningkat 13 kali lipat dan jumlah negara yang terinfeksi meningkat 3 kali lipat. Terdapat 118.000 kasus di 114 negara dan 4.291 orang telah meninggal. Ribuan orang sedang berjuang mempertahankan hidupnya di rumah sakit. Dalam beberapa hari dan minggu ke depan, diduga jumlah kasus, kematian, dan negara yang terinfeksi akan meningkat. WHO telah menilai wabah ini sepanjang waktu dan kami sangat prihatin dnegan tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan, dan tidak adanya tindakan kewaspadaan. Oleh karena itu kami membuat penilaian bahwa COVID-19 dikategorikan sebagai pandemi.
Belum pernah ada kasus pandemi yang disebabkan oleh virus korona. Ini pandemi pertama yang disebabkan virus korona.
Dan kita belum pernah melihat pandemi yang dapat terkontrol dalam waktu bersamaan. WHO sudah. memberikan tanggapan penuh sejak mengetahui adanya kasus pertama. Dan setiap hari kami menghimbau negara-negara lain untuk mengambil tindakan darurat dan agresif. Kami telah membunyikan bel peringatan dengan lantang dan jelas.
Pak Jenderal Direktur pun menyimpulkan bahwa ada 4 kunci untuk meminimalisir dampak pandemi ini:
Pertama, persiapan dan bersiap
Kedua, deteksi, lindungi, rawat.
Ketiga, mengurangi transmisi.
Keempat, berinovasi dan belajar.
Bahkan dalam pidatonya ini, WHO telah menyiapkan langkah apa saja yang harus diambil oleh setiap negara kalau sudah menemukan suatu kasus di negaranya.
Jika menemukan kasus, tes positif atau tidaknya, rawat setiap pasien, serta mengusut jejak kontak penderita dengan orang lain.
Persiapkan rumah sakit.
Lindungi dan latih tenaga medis.
And let’s all look out for each other, because we need each other.
Wah mau nangis aing pas baca isi pidatonya ToT Gue saranin baca semuanya. Tapi kalo males yang gue tampilin udah lumayan menggambarkan, kok. Ayo semuanya kita pasti bisa menghadapi pandemi ini!
Pandemi Pertama Abad 21
Mari kita lihat kembali ke belakang. COVID-19 bukan penyakit pertama yang mendapatkan status pandemi sepanjang abad 21. Pandemi pertama abad ke-21 terjadi pada tahun 2009-2010 disebabkan oleh virus influenza A (H1N1), pandemi influenza. Untuk pertama kalinya, vaksin pandemi dikembangkan, diproduksi, dan digunakan di beberapa negara selama tahun pertama pandemi. Sebagian besar kasus pandemi H1N1 ringan, secara global diperkirakan bahwa pandemi 2009 menyebabkan antara 100.000 - 400.000 kematian pada tahun pertama saja. Anak-anak dan orang dewasa muda secara tidak proporsional terpengaruh dibandingkan dengan influenza musiman, yang menyebabkan penyakit parah terutama pada orang tua, orang-orang dengan kondisi kronis dan wanita hamil.
Sekian dulu dongeng kita kali ini. Semoga dapat menambah wawasan dan kewaspadaan. Lebih dan kurangnya silahkan cari lebih banyak lagi informasi mengenai virus dan penyakit ini jangan sampai kemakan hoaks. Jaga diri, keluarga, dan orang terdekat dengan jaga jarak aman. Ikuti himbauan pemerintah, mereka yang berwenang dan mereka yang lebih mengerti. Ini urusan kita bersama. Kita bisa melewati ini bersama.
Artikel rujukan yang bisa kamu baca:
Coronaviridae Study Group of the International Committee on Taxonomy of Viruses. The species Severe acute respiratory syndromerelated coronavirus: classifying 2019-nCoV and
naming it SARS-CoV-2. 2020.