Seperti yang pernah dibahas sebelumnya (mind to click this link if you wanna read my previous book review https://malmalredholic.blogspot.com/2018/06/sekisah-semesta-berkonspirasi.html) kalo gue suka mengeksplorasi buku berbagai macam genre karya berbagai penulis. Dan kali ini entah mengapa pilihan itu jatuh kepada Jakarta Sebelum Pagi karya Mbak Ziggy Zezsyazeoviemazabrizkie. Oke, gue tahu namanya susah dilafalkan dan gue sendiri juga nggak tau bagaimana cara pelafalan yang tepat. Tanyakan saja pada yang empunya nama. Hati-hati kamu jadi tempat beliau melampiaskan kekesalan karena begitu banyak orang yang menanyakan hal yang sama. Alih-alih penasaran dengan makna dibalik nama Mbak Ziggy Zezsyazeoviemazabrizkie, gue jauh lebih tertarik dengan nama ketiga saudaranya yang katanya (hasil pencarian gugel) bernama depan Ziggy semua dengan nama belakang yang berbeda. Wow! Macam orang Jepang dong yang menggunakan format nama keluarga sebagai nama depan dan nama pemberian sebagai nama belakang. Dengan mengetahui nama belakang ketiga saudaranya yang lain, mungkin kita akan dapat petunjuk dari mana orang tua Ziggy bersaudara mendapatkan wahyu memberi nama anak-anaknya.
Cerita menemukan Jakarta Sebelum Pagi
Cukup dengan cerita mengenai Mbak Ziggy, sekarang gue mau mengalihkan pembicaraan (loh? Gue kan ngetik nggak bicara?)ke topik bagaimana gue menemukan buku ini. Bagai menemukan permata di tumpukan jerami, gue menemukan buku bersampul putih bercorak warna-warni ini di tumpukan buku diskonan cuci gudang gramedia di kota gue. Perlu diketahui, buku diskonan di kota gue nggak sebanyak yang enonoh di Palmerah. Jadi kalo lo ketemu buku yang menarik perhatian, udah beli aja. Biasanya jumlah eksempelarnya nggak banyak jadi sebelum menyesal nggak nemuin lagi, take it. Jujur aja, selama gue mengobrak-abrik dengan sabar tumpukan buku itu, cuma menemukan satu buku dengan judul ini. Frankly speaking, yes, this is buku diskonan yang hanya tinggal satu.
Sinopsis
Jakarta sebelum Pagi dengan latar pohon melati karena cuma memang ini yang ada di pekarangan rumah, difoto di saat Palembang sebelum Petang |
Main line dari novel pemenang sayembara DKJ 2014 berjudul Jakarta sebelum Pagi ini macam shoujo manga, the main characters was used to be childhood friend and fall in love each other when they got mature.
Berkisah tentang Emina seorang pekerja kantoran di kota yang begitu padat penduduk, Jakarta. Sehari-hari ia tinggal seorang diri di apartemennya dan akan mengunjungi keluarganya yang beranggotakan Datuk, Nenek, dan Nin (adik perempuan Datuk) pada akhir minggu. Rumah tempat tinggal ketiga orang lanjut usia itu disebutnya Rumah Para Jompo. Pak Meneer (bukan nama sesungguhnya, ini hanya panggilan yang dibuat Emina) yang sama jomponya dengan penghuni Rumah Para Jompo merupakan tetangga mereka. Emina sering meminjam buku dengan jompo ganteng satu ini. Beliau tidak sungkan-sungkan bertukar cerita dengan Emina mengenai buku yang dibacanya dan merekomendasikan buku lain untuk dibaca (lagi) oleh Emina.
Semua berjalan biasa saja hingga suatu ketika Emina menerima karangan bunga yang diterbangkan dengan balon udara di jendela apartemennya. Ada berbatang-batang bunga hyacinth biru, melati dan mawar dalam keadaan layu. Bukan karena bunga itu layu yang membuat Emina heran namun ketiga variasi bunga itu memang disebutkan dalam puisi asal namanya diambil. Puisi berjudul Emina yang berasal dari album folk song Yugoslavia.
Dan sayangnya gue baru kenal buku ini di bulan terakhir dalam setahun. Sudah tahu untuk siapa bungamu mekar? |
Stalker mana yang dengan terang-terangan ingin keberadaaannya disadari? Ini cara pendekatan yang romantis dalam perspektif sebagian orang yang tingkat kewaspadaannya selemah Emina si tokoh utama (dan gue, tentu saja karena tidka pernah mengalamai hal romantis dalam hidup gue, upsi!) dan cara pendekatan like a creepy stalker dalam perspektif orang yang tingkat kewaspadaannya setinggi Nissa, sahabat Emina di tempat kerja yang entah mengapa merasa bertanggung jawab membimbing Emina ke jalan yang dianggapnya benar.
Emina memang seorang gadis pemberani, berani dalam bertindak mengikuti kata hatinya dan berani mencurahkan segala yang ada di kepalanya. Nggak heran kalo Emina digambarkan sebagai gadis yang hobi nyerocos tentang apapun, yang kadang nyambung dan kadang enggak. Itu pula yang menjadi alasan mengapa Emina berteman dengan sedikit orang namun dapat dijamin orang-orang yang menjadi sahabatnya sama dengannya--saling menerima keanehan masing-masing. Sebagai seseorang yang pemberani, Emina memulai operasi pencarian jati diri pengirim bunga yang dia panggil dengan codename: babirusa.
Pencariannya ini melahirkan banyak pertemuan-pertemuan aneh selanjutnya. Bertemu dengan seornag gadis keturunan Jepang-Arab yang bermental dewasa di usianya yang masih 12 tahun, seorang pria korban perang di Aljazair yang bisa banyak bahasa namun punya fobia, dan surat-surat cinta yang menjadikan jakarta tempo doeloe sebagai setting-nya. Surat cinta inilah yang menghantarkan Emina mengitari jakarta ketika jam cinderela sudah berakhir dan sebelum matahari terbit. Dan surat cinta ini menjadi misteri selanjutnya yang harus mereka pecahkan.
Wow, sounds like meitantei conan, right? or maybe Hyouka? Well, I just blabbering out.
Pendapat Pribadi
Wah, ternyata genre romance digabung dengan mystery memang cocok dengan gue. Sorry to say shoujo manga, gomen!
Gue merasakan penulis melakukan deep thought untuk memilih nama tokoh utama, Emina. Nama unik namun dapat diterima umum dijadikan nama tokoh lainnya. Cara bercerita yang serius namun langsung dipatahkan dengan kalimat ngalur-ngidul setelahnya membuat jiwa recehku benar-benar dimanjakan. I am proud of my kerecehan! lol.
Buku fiksi yang satu ini menyadarkanku bahwa tidak banyak buku yang sudah kubaca, at least tidak sebanyak orang-orang yang ada di novel ini. Tokoh-tokoh dalam buku ini menghadirkan pembicaraan umum layaknya orang normal biasanya namun yang membuatnya berbeda, gosip mereka berisi. Pembicaraan mereka terkadang diselipkan dengan kutipan kata-kata atau adegan yang diambil dari film, buku, bahkan lagu. As people said, bagaimana sebuah karya dapat memengaruhi kehidupan para penikmantya.
Tokoh-tokoh dalam buku ini juga menyadarkanku betapa ceteknya pengetahuan umum yang kumiliki mengenai perang Al-Jazair, fobia-fobia unik yang memang ada dan selama ini cuma dianggap teori belaka,upacara minum teh orang jepang, tata krama minum teh orang Inggris, dan lokasi-lokasi wisata menarik Kota Jakarta dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin buku ini bisa menjadi penuntun wisatawan lokal macam gue yang nggak terlalu sering ke Jakarta untuk melihat Jakarta dengan cara pandang yang berbeda. Sepertinya hal-hal trivia yang pernah disebutkan dalam novel ini bisa menjadi inspirasi postingan gue selanjutnya. Hmm...
Tokoh-tokoh dalam buku ini juga menyadarkanku betapa ceteknya pengetahuan umum yang kumiliki mengenai perang Al-Jazair, fobia-fobia unik yang memang ada dan selama ini cuma dianggap teori belaka,upacara minum teh orang jepang, tata krama minum teh orang Inggris, dan lokasi-lokasi wisata menarik Kota Jakarta dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin buku ini bisa menjadi penuntun wisatawan lokal macam gue yang nggak terlalu sering ke Jakarta untuk melihat Jakarta dengan cara pandang yang berbeda. Sepertinya hal-hal trivia yang pernah disebutkan dalam novel ini bisa menjadi inspirasi postingan gue selanjutnya. Hmm...
Bagi kebanyakan orang berkepala dua seperti gue yang beruntungnya sudah menempuh banyak pelajaran berbahasa Inggris, bisa memahami kalimat-kalimat berbahasa tersebut. Namun, ini akan menjadi hal yang menyedihkan bagi orang yang nggak paham bahasa Inggris. Jadi kurang asik aja kalo kita membaca hal yang tidak kita mengerti. Well, ini novel yang isinya tulisan semua, bukan komik yang kadang kalo nggak sabar bakal dibabat juga versi online raw-nya untuk melihat-lihat gambarnya. Mungkin hal tersebut berhubungan dengan sasaran pembaca yang dirancang oleh penulis. Bisa jadi.
Gue nggak pernah memberi rating pada buku yang gue baca. It's all about taste. Kalo sesuai dengan selera lo ya ratingnya bakal tinggi. Itu menurut pendapat gue. Syukur-syukur kalo ada yang jadi tertarik membaca buku Jakarta sebelum pagi karena ulasan yang gue buat. Ehehe.
Oh ya, terima kasih sekali lagi Mbak Ziggy yang telah menyuarakan bagaimana kita bingung dalam menentukan penggunaan kata orang pertama: aku, saya, gue. Mau make yang mana? Kalau dalam urusan mengulas buku karya orang indonesia, gue cenderung menyesuaikan dengan gaya bahasa buku yang gue ulas. Yah, tipe orang susah move on kayak gue mah gitu.
Berikut beberapa patah potongan kata-kata yang kusuka dari Jakarta sebelum Pagi:
A lovey-dovey couple without a lovey-dovey scene. They are just romantic on their own way.